Beranda | Artikel
2 Menit Renungi Dirimu - Syaikh Muhammad al-Mayuf #NasehatUlama
Rabu, 3 Agustus 2022

Saudara-saudara, di antara perkara yang yang membantu dalam upaya mujahadah
adalah dengan muhasabah diri,
dengan melihat apa yang telah berlalu
dan merenungkan tahun-tahun yang telah terlewati.

Apa yang telah Anda lakukan, wahai hamba Allah?

Itulah tahun-tahun yang berharga,
wahai hamba Allah, sungguh Anda hanyalah waktu dan amal.

Jika waktunya berlalu,
akan tetapi amalannya lemah dan sedikit,
apa yang seseorang rasakan?

Dia akan menyesal, Saudara-saudara, ketika umurnya terus berkurang,
dia akan merasa rugi, bersedih, dan berharap
seandainya hari-hari yang telah berlalu itu bisa kembali lagi
untuk menjauhkannya dari sekedar makan, minum, dan tidur,
tentu semuanya itu akan hilang dan kelezatannya akan lenyap dari hidupnya.

Sesungguhnya kelezatan terbesar adalah kelezatan dalam hati, wahai Saudara-saudaraku,
dengan menaati Allah ʿAzza wa Jalla.

Seseorang akan menyesal dan seolah-olah lisannya berkata,
“Sungguh celaka wahai diri, usia berkurang dan hari-hari terus berjalan
dalam rendahnya kelemahan dan kemalasan
padahal orang-orang sudah menempuh jalan keselamatan
dan telah berjalan di tempat yang tinggi dalam kebaikan.”

Yakni, ketika dia membandingkan dirinya dengan orang-orang
yang pernah dia temui dari kalangan orang-orang sebelum kita,
karena para Salaf terdahulu—semoga Allah merahmati mereka—
sungguh mengerti kerugian ini,
menyadari betul kekurangan diri,
dan memahami betul penyesalan ini.

Saat itulah semangat mujahadah dalam dirinya meningkat,
kemudian memohon pertolongan kepada Tuhannya Subẖānahu wa Ta’ālā
dalam melawan nafsunya dan menjaga dirinya.

Saat itulah dia akan melawan nafsunya untuk beramal saleh,
yang dia anggap sebagai “Kapal Keselamatan” dalam hidup ini,
yang dengannya dia berlayar menuju Allah ʿAzza wa Jalla
dan menuju negeri akhirat,

yang kemudian mendorongnya untuk berbekal dengan bekal yang hakiki,
yaitu bekal hati, bukan sekedar bekal untuk mengganjal perut.

“Bawalah bekal, karena sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Sungguh Allah memiliki hamba-hamba yang cendekia,
mereka menceraikan dunia karena takut celaka,
mereka melihat dunia lalu mengerti hakikatnya,
bahwa dunia bukan tempat menetap bagi manusia,
mereka memandangnya laksana samudra,
dan menjadikan amal saleh sebagai kapal untuk mengarunginya.

====

مِنَ الْأُمُورِ الْمُعِينَةِ عَلَى الْمُجَاهِدَةِ يَا إِخْوَانُ

مُحَاسَبَةُ النَّفْسِ

النَّظَرُ فِي الْمَاضِي

النَّظَرُ فِي السِّنِيْنَ الْمُنْصَرِمَةِ الْمَاضِيَةِ

مَاذَا عَمِلْتَهَا فِيهَا يَا عَبْدَ اللهِ؟

هِيَ سِنُوْنَ غَالِيَةٌ

وَإِنَّمَا أَنْتَ يَا عَبْدَ اللهِ وَقْتٌ وَعَمَلٌ

فَإِذَا ذَهَبَ الْوَقْتُ

وَالْعَمَلُ ضَعِيفٌ وَقَلِيلٌ

فَمَا حَالُ الْإِنْسَانِ؟

يَنْدَمُ الْإِنْسَانُ يَا إِخْوَانِي عِنْدَمَا… يَتَقَدَّمُ بِهِ الْعُمْرُ

وَيَتَحَسَّرُ وَيَتَأَسَّفُ وَيَتَمَنَّى

أَنْ لَوْ عَادَتْ تِلْكَ الْأَيَّامُ الْمَوَاضِي

لِكَيْ يُضِيعَهَا أَكْلًا وَشُرْبًا وَنَوْمًا

لَذَهَبَتْ هَذِهِ كُلُّهَا

وَذَهَبَتْ لَذَّاتُهَا فِي حِينِهَا

وَإِنَّمَا اللَّذَّةُ الْكُبْرَى لَذَّةُ الْقُلُوبِ يَا إِخْوَانِي

بِطَاعَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

فَيَتَحَسَّرُ الْإِنْسَانُ وَيَقُولُ.. وَلِسَانُ حَالِهِ

يَا حَسْرَتَاهُ تَقَدَّمَ الْعُمْرُ وَانْصَرَمَتْ أَيَّامُهُ

بَيْنَ ذُلِّ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ

وَالْقَوْمُ قَدْ أَخَذُوا دَرْبَ النَّجَاةِ

وَقَدْ سَارُوا عَلَى الْمَطْلَبِ الْأَعْلَى عَلَى مَهَلِ

عِنْدَمَا يُقَارِنُ نَفْسَهُ بِمَنْ

أَدْرَكَهُمْ مِنْ سَلَفِنَا الْقَرِيبِ

وَالسَّلَفِ الْأَوَّلِينَ رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى

يَعْرِفُ حَسْرَتَهُ

وَيَعْرِفُ تَقْصِيرَهُ

وَيَعْرِفُ نَدَامَتَهُ

فَحِينَهَا تَنْشِطُ الْمُجَاهَدَةُ عِنْدَهُ

فَيَسْتَعِينُ بِرَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

فِي مُجَاهِدَةِ نَفْسِهِ وَصِيَانَتِهِ بِهِ

فَحِينَهَا يُجَاهِدُ نَفْسَهُ فِي الْعَمَلِ الصَّالِحِ

الَّذِي يَرَاهُ سَفِينَةَ النَّجَاةِ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ

وَالَّتِي يَسِيرُ بِهَا إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

وَإِلَى دَارِ الْآخِرَةِ

وَحِينَهَا يَتَزَوَّدُ بِالزَّادِ الْحَقِيقِيِّ

زَادِ الْقُلُوبِ لَا زَادُ إِقْطَاعِ الْبُطُونِ

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى

إِنَّ لِلهِ عِبَادًا فُطَنَا

طَلَّقُوا الدُّنْيَا وَخَافُوا الْفِتَنَا

نَظَرُوا فِيهَا فَلَمَّا عَلِمُوا

أَنَّهَا لَيْسَتْ لِحَيٍّ سَكَنَا

جَعَلُوهَا لُجَّةً

وَاتَّخَذُوا صَالِحَ الْأَعْمَالِ فِيهَا سُفُنَا


Artikel asli: https://nasehat.net/2-menit-renungi-dirimu-syaikh-muhammad-al-mayuf-nasehatulama/